Tayangan Televisi, Bumerang Bagi Penerus Bangsa

Hari ini, tepatnya tanggal 21 November 2022. Seluruh dunia memperingati hari televisi sedunia. Hari televisi sedunia ini pada awalnya ditetapkan oleh PBB pada 17 Desember tahun 1966 berdasarkan resolusi Nomor 51/205. Peringatan hari televisi tersebut bukan tanpa alasan. Televisi memiliki peran yang sangat besar pada masa itu seperti untuk memberikan informasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam segi ekonomi, sosial, dan hiburan. Maka dari itu hari televisi bukanlah hari untuk memperingati alat televisi, melainkan untuk memperingati simbol komunikasi dan globalisasi.

Indonesia dengan lebih dari 200 juta penduduknya tentu saja pasti pernah menggunakan televisi. Maka dari itu televisi dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif, tergantung siaran dari pihak televisi. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia yang menggunakan televisi sebagai sarana hiburan, beberapa pihak menggunakan hal tersebut untuk dijadikan ladang bisnis dan komersial semata. Alih-alih menyiarkan acara informatif dan edukatif, pihak televisi lebih mementingkan hal-hal yang berbau komersial untuk kemajuan industrinya sendiri. 

Beberapa waktu lalu sempat heboh terkait tayangnya sinetron yang menceritakan tentang kehidupan seorang istri yang mengalami berbagai masalah dalam rumah tangganya seperti perselingkuhan, poligami, dan masalah lainnya. Sinetron tersebut dianggap menormalisasikan pernikahan anak dan kekerasan pada perempuan. Terlebih lagi salah satu pemeran dalam sinetron tersebut masih berusia 15 tahun yang termasuk dalam kategori bawah usia. Selain itu, masih banyak adegan dalam sinetron-sinetron lainnya yang memperlihatkan adegan perkelahian, kekerasan, penghinaan, dan perundungan. Terlebih lagi banyak dari penonton sinetron tersebut adalah anak-anak karena jam tayang dari sinetron yang kebanyakan berada pada jam ramah anak.

Lalu bagaimana dengan variety show dan talk show? variety show biasanya terdiri dari pertunjukan komedi ataupun musik yang acaranya dibawakan oleh seorang host. Namun variety show lebih cenderung untuk memunculkan sisi hiburan ketimbang sisi edukatif dan informatif. Talent-talent yang berada dalam variety show dapat melakukan apa saja demi menghibur penonton, seperti merendahkan diri sendiri, merundung talent lain, ataupun terkadang melontarkan hujatan-hujatan. Tidak berbeda jauh dengan variety show, talk show juga masih banyak yang mementingkan urusan hiburan daripada segi edukatif.

Lantas bagaimana cara kita untuk mendapatkan hal yang positif dari banyaknya hal “negatif” yang beredar di televisi saat ini? pemerintah menjadi pilar yang memiliki kekuasaan untuk mengubah ketentuan dalam program-program siaran televisi. Tapi tidak bisa hanya menyalahkan satu pilar saja. Orang tua juga harus selektif dalam memilih program tontonan yang baik untuk si kecil. Kewaspadaan menjadi pilar selanjutnya yang harus dimiliki oleh masyarakat Indonesia agar kedepannya penonton dapat menerima manfaat positif dari tayangan yang disediakan.