Literasi dan Peran Pemuda Indonesia

Written by Amanda Ramaningrum, Content Writer Intern at Project Child Indonesia

Kata literasi kerap diartikan sebagai kemampuan menulis dan membaca. Namun, literasi yang sesungguhnya tidak sesederhana mampu membaca dan menulis, tetapi juga mampu memahami, mengevaluasi secara kritis, dan mengelola informasi yang bermanfaat. Lalu, kenapa literasi menjadi hal yang sangat penting? Hal ini dikarenakan, dengan tingginya tingkat literasi kita dapat menentukan kemajuan dan masa depan suatu bangsa. Dengan meningkatnya literasi, diharapkan suatu individu dapat berpikir secara kritis terhadap informasi yang di dapat, dan mampu memilah mana informasi yang benar atau hoaks. Bahkan, untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kemampuan literasi, UNESCO menetapkan International Literacy Day atau Hari Literasi Internasional setiap tanggal 8 September dengan tujuan untuk untuk menyoroti pentingnya literasi bagi individu, komunitas, dan masyarakat.

Ada enam jenis literasi yang penting untuk dikuasai, yakni literasi dasar, literasi budaya, literasi numerik, literasi finansial, literasi sains, dan literasi digital. Khususnya untuk literasi digital sangat perlu ditingkatkan mengingat penggunaan teknologi yang semakin masif dan banyaknya informasi yang muncul di masa pandemi ini, sehingga penting bagi kita untuk memiliki literasi yang baik untuk menghindari hoaks dan kejahatan siber.

Tingkat Literasi Indonesia dan Maraknya Hoaks

Hal yang sangat disayangkan bahwa tingkat literasi Indonesia masih sangat rendah. Menurut survei KataData Insight Center (KIC) yang bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, indeks literasi digital di 34 provinsi belum mencapai level “baik”. Tidak hanya itu, menurut data terbaru UNESCO menyebutkan Indonesia ada pada urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, yang artinya minat baca masyarakat sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.

Tingkat literasi yang rendah membuat kita harus menghadapi tantangan baru, yaitu melawan hoaks. Hal ini mungkin terlihat sepele, tapi memiliki efek yang sangat besar. Tidak terhitung jumlahnya berita hoaks yang menyebar cepat saat ini yang telah menjerumuskan banyak orang kepada informasi atau tindakan yang tidak benar. Survei KCI menunjukkan, setidaknya 30%-60% masyarakat Indonesia terpapar hoaks saat mengakses internet, dan hanya 21%-36% saja yang mampu mengenali hoaks. Dengan literasi digital yang baik, kita mampu membantah atau mencari lebih dalam terhadap suatu informasi dengan tidak menelan berita bulat-bulat.

Peran Pemuda

Pemuda merupakan salah satu golongan yang paling sering mengakses internet. Sebagai agent of change, kita tidak hanya diminta untuk mampu memiliki literasi yang baik, tetapi juga diharapkan untuk dapat membantu orang lain dalam menghindari hoaks terutama pada kalangan yang lebih tua. Tidak hanya meningkatkan kesadaran pada diri sendiri, namun juga pada sekitar. Berikut hal-hal yang bisa kamu lakukan sebagai pemuda untuk meningkatkan literasi dan menghindari hoaks;

  1. Banyak membaca. Membaca, tidak dalam artian sekedar membaca loh, ya. Yang dimaksud dengan banyak membaca ini juga termasuk memahami dan mengkritisi suatu informasi, baik itu berita, buku non-fiksi, maupun buku fiksi. Kemampuan mengolah informasi inilah yang akan meningkatkan pemikiran kritis pada teman-teman.  Tidak perlu menargetkan pada hal yang besar sekaligus seperti menyelesaikan satu buku setiap minggunya. Kita dapat memulai dari hal kecil terlebih dahulu, seperti membaca satu artikel setiap hari. 
  2. Membaca berita hingga selesai. Kebanyakan dari kita hanya membaca judul berita saja dan langsung menyebarkan berita tersebut tanpa membaca terlebih dahulu. Membaca berita hingga selesai dapat membuat kita lebih menyadari mengenai keakuratan suatu berita atau informasi tersebut. 
  3. Memastikan keaslian sumber berita. Mengecek keaslian informasi terlebih pada pesan-pesan berantai di media sosial, dapat membuat kita terhindar dari hoaks. Memastikan media yang mengeluarkan informasi merupakan media resmi yang dapat dipercaya, mencari keakuratan informasi dengan membandingkan satu berita dengan berita yang lainnya. Dengan cara ini, diharapkan kita bisa menjadi lebih kritis terhadap suatu informasi yang beredar.

Cara di atas merupakan sebagian kecil dari hal-hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan literasi. Dalam upaya yang kita lakukan untuk meningkatkan literasi, ada satu hal lagi yang juga penting untuk dilakukan, yaitu dare to speak up. Setelah memastikan suatu informasi merupakan hoaks, beranikan diri untuk memberi edukasi pada mereka yang telah terpapar hoaks. Kebanyakan mereka yang telah terpapar hoaks (dan mempercayai dengan pasti informasi yang didapatkan itu adalah informasi yang benar) menolak untuk mempercayai dan mendengarkan informasi yang benar. Inilah tugas kita sebagai pemuda, untuk memberi edukasi dengan bahasa yang sederhana dan santun. 

“Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas karakter, kompetensi dan kesejahteraan hidup seseorang adalah dengan menanamkan budaya literasi (membaca-berpikir-menulis-berkreasi)” — Lenang Manggala, Pendiri Gerakan Menulis Buku Indonesia.

Sering dibilang, buku merupakan jendela dunia. Namun, satu buku belum cukup untukmu merasakan dunia. Setelah mengetahui pentingnya literasi, yuk bersama-sama kita budayakan membaca!

References

KataData Insight Center. 2020. Status Literasi Digital Indonesia. Retrieved from

https://katadata-s3-public.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/media/kic/kominfo/Status%20Literasi%20Digital_Nasional.pdf

Devita, Evega. 2017. TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. Retrieved From

https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media

UNESCO. 2021. International Literacy Day. Retrieved from https://en.unesco.org/commemorations/literacyday