Perubahan Kesehatan Mental Anak-anak di Pandemi Covid-19

Ditulis oleh Lubna Hanifa M, Grants Researcher Intern Project Child Indonesia

Pandemi Covid-19 telah berdampak besar kepada jutaan orang di seluruh dunia, mungkin mengubah hidup mereka selamanya. Pandemi ini tidak hanya mengancam kesehatan fisik dunia, tetapi juga kesehatan mental.

Di antara mereka yang berisiko adalah anak usia sekolah yang saat ini berada pada masa-masa kritis dalam hidup mereka untuk belajar dan bersosialisasi. Karena pandemi, banyak siswa mengalami penurunan kesehatan mental yang dapat memiliki efek jangka panjang.

Perubahan Sekolah Luring ke Daring

Salah satu konsekuensi utama dari pandemi adalah penutupan sekolah yang meluas. Pergeseran drastis ke pembelajaran daring – yang masih berlangsung, bahkan sampai sekarang – berpotensi memicu masalah kesehatan mental lebih lanjut karena mengganggu banyak aspek kehidupan anak. Untuk siswa usia sekolah, kelompok pertemanan atau peer group memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Selain itu, hari sekolah biasa memberikan struktur dan rutinitas bagi anak-anak. Saat hal-hal kritis ini diambil dari mereka, perasaan kesepian dan ketidaktentuan akan muncul. Akibatnya, anak-anak menjadi lebih tergantung dan mencari perhatian pada orang tua. Jika perasaan ini terus berlanjut dan cukup parah, masalah lebih lanjut dapat muncul yang berdampak negatif terhadap kesehatan mental mereka seperti depresi atau kecemasan berlebih.

Konsekuensi Isolasi Mandiri dan Karantina

Selain pembelajaran daring, anak-anak yang telah mengalami atau sedang menjalani isolasi diri atau karantina juga dapat mengalami efek yang merugikan terkait kesehatan mentalnya. Khususnya, anak-anak kecil lebih rentan mengalami stres ketika terpisah dari orangtuanya untuk jangka panjang, karena orangtua merupakan individu penting dalam kehidupan mereka. Selain itu, anak-anak yang mengalami isolasi diri lebih cenderung mengalami gangguan stres pasca trauma, gangguan stres akut, serta gangguan penyesuaian diri.

Ancaman di Rumah

Bagi sebagian anak, faktor risiko utama keselamatan mereka bisa berasal dari rumah tinggal mereka sendiri. Waktu tinggal yang lama di rumah membuat mereka menghadapi bahaya yang sebelumnya dapat mereka hindari dengan menjalani rutinitas sehari-hari sebelum pandemi melanda. Isolasi sosial di lingkungan rumah yang bermasalah merupakan isu yang sangat mendesak. Meningkatnya stres dan ketidakpastian ekonomi yang dialami oleh orangtua merupakan faktor yang berpotensi meningkatkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Situasi keluarga seperti itu dapat membuat anak semakin gelisah, cemas, atau mudah tersinggung, selain diancam secara fisik. Dalam beberapa kasus, anak mungkin mengalami emosi negatif yang terpendam akibat terlalu lama tinggal di rumah, sehingga membuatnya lebih rentan berkonflik dengan anggota keluarga lain dalam rumah.

Secara keseluruhan, meskipun ada peraturan tertentu untuk melindungi anak-anak dan keluarga mereka dari virus, pembatasan ini sebenarnya dapat menimbulkan kerugian yang tidak diinginkan. Karena itu, urgensi untuk mengimbangi ancaman virus dengan ancaman terhadap kesehatan mental masyarakat, khususnya anak-anak, harus segera menjadi pertimbangan.