Meninggal Karena Begadang, Kok Bisa?

Written by Zahara Almira Ramadhan, Content Writer Intern at Project Child Indonesia

Sudah banyak berita tentang orang meninggal karena begadang. Salah satu berita yang pernah viral adalah kejadian mahasiswa yang meninggal setelah tujuh hari tidak tidur untuk mengerjakan skripsi. Sebelum meninggal dunia, ia sempat bercerita tentang pengalamannya bolak-balik ke rumah sakit pasca begadang tujuh hari itu. Kesehatannya terus-terusan menurun; ia mengalami gejala demam tinggi, tidak nafsu makan, dan lemas. Dokter pun bingung menduga sumber penyakitnya, mulai dari tipes, penyakit ginjal, TBC, sampai ke penyakit jantung. Nggak lama setelah cerita tersebut tersebar di Twitter, ia meninggal dunia, berdasarkan kabar dari akun Twitter kakaknya. 

Pada tahun 2013, ada juga berita tentang seorang copywriter yang meninggal setelah bekerja selama 30 jam tanpa istirahat. Ia kolaps di sebuah tempat makan dan langsung dilarikan ke rumah sakit, namun ia tidak terselamatkan setelah berada di kondisi koma. Kasus ini tidak hanya terjadi ke mahasiswa dan pekerja, tapi juga seorang remaja yang hobi main game di Thailand. Remaja umur 18 tahun ini sering banget main game sampai larut malam, sampai akhirnya ia ditemukan meninggal di kamarnya sendiri dengan dugaan gagal jantung.

Begadang menyebabkan gagal jantung?

Berdasarkan penelitian, orang yang tidur kurang dari 5 jam berisiko terkena serangan jantung maupun stroke (Ramadhan, 2016). Ramadhan (2016) menjelaskan, ada tiga alasan di balik risiko ini. Pertama, kekurangan tidur menyebabkan ketidakseimbangan hormon ghrelin dan leptin, yaitu hormon yang mengatur pola makan. Saat begadang, orang biasanya selalu ingin makan karena ketidakseimbangan hormon ini, yang akhirnya mengarah ke obesitas. Obesitas dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi), yang bisa memicu penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.

Kedua, kurang tidur bisa membuat penumpukan kalsium di pembuluh darah. Penumpukan ini membentuk plak di dinding pembuluh darah, yang sewaktu-waktu bisa lepas dan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan ini adalah penyebab lain dari serangan jantung dan stroke. Terakhir, orang yang begadang cenderung merasa lebih stres dan emosional, yang mana mempercepat detak jantung karena kerja dari saraf simpatik. Kalau terus-terusan begini, jantung bisa membengkak atau bahkan gagal berfungsi. Penyakit kardiovaskular seperti inilah yang menjadi sorotan utama penyebab kematian dini karena begadang. Studi di Inggris menemukan bahwa kurang tidur melipatgandakan risiko kematian karena penyakit kardiovaskular (Adhi, 2020). 

Selain itu, minuman berkafein seperti kopi dan minuman berenergi umum dijadikan teman begadang karena efeknya yang bikin kita melek semalaman. Tapi, efek samping lain yang sering diabaikan adalah efeknya ke jantung. Kafein membuat jantung berdebar-debar dan membuat tekanan darah tinggi. Lagi-lagi, jantung kita yang jadi korban dari begadang. Tidak hanya jantung, begadang juga menyebabkan banyak masalah kesehatan lain, seperti diabetes, gangguan pencernaan, gangguan pernapasan, gangguan psikologis (seperti gangguan kecemasan, depresi, paranoia), dan gangguan neurologis (seperti susah konsentrasi dan memproses informasi). Berbagai masalah ini timbul dari kegiatan buruk lain yang dilakukan sambil begadang, seperti ngemil makanan tidak sehat, merokok, dan minum alkohol. 

Yuk kurangi begadang!

Begadang sepertinya sudah dinormalisasi di kehidupan zaman sekarang. Tidak jarang jam kerja orang menjadi berantakan semenjak diberlakukan Work From Home dan kuliah online. Bangun pagi untuk bergabung meeting online, lalu ditinggal tidur dan ujung-ujungnya bekerja pada saat malam hari. Kebiasaan ini membuat orang bekerja atau nugas sampai larut malam, bahkan dini hari. Padahal, mereka harus bangun pagi lagi untuk melakukan kegiatan yang sama.

Yuk mulai kurangi kebiasaan tersebut. Cobalah bekerja di jam kerja normal, yaitu sekitar jam 08.00-17.00 atau 09.00-18.00. Untuk kamu yang masih sekolah dan kuliah, mungkin mengikuti jam kerja normal akan lebih sulit karena kamu memiliki tugas dan kegiatan organisasi yang harus dilakukan di luar jam belajar formal. Tapi, kamu tetap harus mengatur batasan antara jam kerja itu dengan jam istirahatmu. Misalnya, kamu kuliah di jam 10.00-16.00, lalu aturlah jam lain untuk mengerjakan tugas dan kegiatan lainnya, seperti di jam 19.00-22.00. Penting juga untuk menyisihkan akhir pekanmu untuk benar-benar bebas dari pekerjaan karena bukankah itu arti dari akhir pekan?

Batasan jam dan hari kerja tersebut dibuat agar kamu punya waktu istirahat yang bisa digunakan dengan sebaik-baiknya. Misalnya, dengan berhenti bekerja di jam 18.00, kamu bisa menggunakan seluruh sisa malam untuk menonton Netflix, hangout bersama teman, atau sekadar rebahan di kamar. Kamu pun bisa langsung tidur pada jam yang reasonable atau tepat di saat kamu mengantuk tanpa dihantui beban pekerjaan. Jangan lupa juga untuk mendapatkan waktu tidur yang cukup, yaitu sekitar 7-9 jam per hari untuk orang dewasa dan 8-10 jam per hari untuk remaja (Halodoc, 2018). 

Maka dari itu, mulailah kurangi begadang demi kesehatan. Walaupun efek buruknya tidak langsung terasa untuk sebagian orang, kamu tanpa sadar sudah menabung masalah-masalah kecil yang bisa berujung fatal. Kalau kamu begadang karena tuntutan pekerjaan, coba sekeras mungkin untuk konsisten dengan jam kerja yang ada. Kamu bahkan bisa membicarakannya dengan atasan maupun kolegamu untuk meluruskan kondisi tersebut. Ingat, kamu bukan robot. Tubuhmu sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk bisa berfungsi dengan normal dan maksimal.

Ingatkan juga orang-orang terdekatmu untuk tidak melakukan kesalahan ini. Kamu mungkin kenal anggota keluarga, teman, atau teman kerja yang suka begadang. Ajaklah mereka untuk sebisa mungkin menghindari kebiasaan tersebut, apa pun alasannya. Kita harus sama-sama memahami bahwa segala hal yang berlebihan itu tidak baik, termasuk melakukan suatu kegiatan sampai larut malam.

Referensi

Adhi, I. S. (2020, December 29). 10 Dampak Buruk Kurang Tidur yang Perlu Diwaspadai. Kompas.com. Retrieved from: https://health.kompas.com/read/2020/12/29/200700768/10-dampak-buruk-kurang-tidur-yang-perlu-diwaspadai?page=all 

Halodoc. (2018, May 23). Berapa Jam Waktu Tidur yang Ideal?. Retrieved from: https://www.halodoc.com/artikel/berapa-jam-waktu-tidur-yang-ideal- 

Indrasty, R. (2021, July 16). Selain Kasus Pria Alami Koma Setelah Tidur di Atas Jam 12 Malam, Wanita Asal Indonesia Ini Justru Meninggal Akibat Begadang. Grid.id. Retrieved from: https://www.grid.id/read/042806160/selain-kasus-pria-alami-koma-setelah-tidur-di-atas-jam-12-malam-wanita-asal-indonesia-ini-justru-meninggal-akibat-begadang?page=all 

Mardatila, A. (2020, September 16). Dampak Kurang Tidur bagi Kesehatan Tubuh, Serang Saraf hingga Imun. Merdeka.com. Retrieved from: https://www.merdeka.com/sumut/dampak-kurang-tidur-bagi-kesehatan-tubuh-serang-saraf-hingga-imun-kln.html 

Putri, G. S. (2018, April 13). Bukti Baru, Begadang Tingkatkan Risiko Kematian Dini. Kompas.com. Retrieved from: https://sains.kompas.com/read/2018/04/13/113000423/bukti-baru-begadang-tingkatkan-risiko-kematian-dini?page=all 

Ramadhan, K. (2016, June 24). Awas, Begadang Bisa Picu Penyakit Jantung. Klikdokter. Retrieved from: https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2697752/awas-begadang-bisa-picu-penyakit-jantung