Mengenal Warisan Sosial Dalam Menjaga Budaya Bangsa

Written by Maria Olivia Laurent, Content Writer Intern at Project Child Indonesia

Sering jalan-jalan ke mall dan kafe hits, tapi kok nggak pernah mengunjungi situs warisan budaya kita yang nggak kalah kerennya itu? Tapi ngapain cuma liat bangunan sama batu-batuan? Eits, jangan salah! Mengunjungi situs budaya bukan hanya untuk hiburan semata, apalagi cuma liat bangunan doang, tapi juga memberikan kesempatan untuk kita bisa mengenal lebih dalam tentang sejarah Indonesia dan makna budaya yang tersimpan di baliknya. 

18 April hari ini adalah perayaan Hari Warisan Dunia. Sejak peresmiannya pada tahun 1983 oleh UNESCO, Hari Warisan Dunia bertujuan untuk membangun kesadaran tentang keberagaman warisan budaya, kerentanan situs, dan usaha yang diperlukan untuk melindungi dan melestarikannya. Hal yang dapat kita lakukan untuk merayakan hari ini antara lain adalah mengunjungi monumen bersejarah (yang legal dan bertanggung jawab, ya), memperdalam ilmu dengan membaca buku sejarah, menghadiri konferensi yang membahas isu tersebut, atau sekadar browsing di Google untuk mencari tahu tentang warisan Indonesia yang sangat kaya dan beragam ini. 

Isu pelestarian budaya sudah menjadi amanat bangsa sejak dulu kala dan terus berjalan seiringan dengan upaya kemanusiaan melindungi sejarah. Budaya sendiri memiliki arti dan makna yang luas. Budaya bisa mencakup tradisi, moral, keyakinan, seni, struktur, dan juga nilai-nilai yang hidup di tengah masyarakat. Nilai-nilai tersebut juga merupakan bagian dari warisan budaya lho, atau lebih tepatnya disebut warisan sosial. Jadi, bukan hanya situs-situs bersejarah saja yang harus dijaga, namun juga nilai dan norma yang membentuk identitas kita sebagai sebuah bangsa.

Esensi dari warisan budaya tidak terletak pada manifestasi budaya itu sendiri, namun dalam kekayaan hikmah dan ajaran yang diturunkan dari nenek moyang. Percuma kalau kita meresmikan suatu situs budaya baru kalau ujung-ujungnya pengunjung masih menyampah di sana. Atau pergi ke tempat suci dan asik foto-foto tanpa memedulikan larangan setempat karena merasa bukan agamanya. Alhasil, nilai cinta lingkungan dan toleransi malah terabaikan. Inilah pentingnya untuk tidak melupakan warisan sosial dari nenek moyang yang telah berjuang keras mempertahankan nilai-nilai tersebut. Sama seperti pahlawan kita mempertahankan tanah air dari penjajah, nenek moyang juga berjerih payah mempertahankan budaya leluhur agar tidak punah. 

Era globalisasi dan revolusi industri yang sedang kita hadapi ini membawa banyak pengaruh ideologi dari budaya-budaya luar. Hal ini rentan memicu perubahan sosial dan berpotensi melencengkan ideologi bangsa. Salah satu resiko yang perlu diwaspadai adalah hilangnya makna asli dari budaya itu sendiri. Hal ini terjadi karena nilai-nilai sosial merupakan sebuah ‘budaya hidup’ atau budaya yang selalu bergeser sesuai kebutuhan zaman. Lantas bagaimana kita bisa menjaga dan mengelola warisan yang terus berubah ini? 

Menjaga warisan budaya harus lebih fokus dalam mentransfer dan mengkomunikasikan pengetahuan dan makna dari generasi ke generasi, dan bukan hanya sekadar fokus ke manifestasi budaya seperti menghafal lagu atau menyimpan artefak saja. Upaya menjaga nilai-nilai sebenarnya bisa dilakukan dengan mudah kok, toh kita sudah sering merasakan dan menjumpainya di kehidupan sehari-hari. Sebagai anak muda yang berpendidikan, kita harus berupaya lebih untuk mengamalkan nilai-nilai luhur agar dapat mengedukasi generasi penerus bangsa dan orang-orang yang sayangnya kurang berwawasan. 

Satu hal mudah namun berdampak besar yang kita dapat lakukan adalah menolak keras paham etnosentrisme. Sikap etnosentrisme adalah sikap yang merasa bahwa budaya daerahnya lebih tinggi dari budaya daerah lain. Orang dengan sikap ini membutakan diri terhadap indahnya budaya-budaya lain dan menimbulkan perpecahan dalam masyarakat Indonesia yang multikultural. Buang sikap ini jauh-jauh ya! Setiap budaya di Indonesia memang berbeda dan kadang nilai yang kita anut tidak sesuai dengan nilai orang lain. Namun, hal ini malah akan memperkaya budaya bangsa dan mengajarkan kita semangat toleransi. Contohnya, jika kalian baru pertama kali berwisata ke luar pulau, luangkan waktu untuk mengenal budaya lokal dan menghargai tradisi mereka. Kalian bisa belajar banyak hal baru, dan tentunya, tidak akan menimbulkan masalah dengan penduduk setempat.

Hal lainnya adalah dengan memastikan kelancaran akulturasi antara budaya lokal dan budaya asing agar berdampak positif terhadap kemajuan bangsa. Tidak dapat dihindari bahwa globalisasi akan mendatangkan banyak perspektif baru, namun dengan tetap menjunjung tinggi kearifan lokal, globalisasi dapat membuka pintu untuk kemajuan teknologi, kemudahan akses edukasi, kenaikan kesempatan kerja, dan efek positif lainnya. Kuncinya hanya satu, yaitu keseimbangan. 

Di Hari Warisan Dunia ini, kita diajak untuk lebih mengapresiasi budaya dan tradisi yang telah mendarah daging, serta mengakui pentingnya menghidupi nilai-nilai leluhur. Warisan sosial sama pentingnya dengan warisan budaya seperti monumen dan bangunan bersejarah, karena meski hal tersebut tidak berwujud, pengaruhnya terbukti tampak di kehidupan masyarakat. Melestarikan nilai budaya lokal mengajarkan kita untuk memahami posisi kita di tengah masyarakat dan bagaimana kita dapat berkontribusi untuk memperkaya budaya di masa depan. Yuk, bersama-sama ayo kita menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya sendiri dan terus menjaganya agar bisa lestari sampai ke anak cucu. 

Referensi

Peters, N. (2020, December 22). The importance of preserving cultural and traditional values. World Citizens United. https://www.worldcitizensunited.org/the-importance-of-preserving-cultural-and-traditional-values/

Nurcahyadi, G. (2021, April 27). Hari Warisan Dunia UNESCO-Citi Indonesia Gelar Tur Borobudur. Media Indonesia. https://mediaindonesia.com/humaniora/401284/hari-warisan-dunia-unesco-citi-indonesia-gelar-tur-borobudur

Learn 10 Things Why It Is Important To Preserve Culture. (2021, April 5). The Language Doctors. https://thelanguagedoctors.org/why-it-is-important-to-preserve-culture/