Membesarkan Anak menjadi Lebih Bahagia dan Sehat: Apa Gaya Mengasuh yang terbaik?

Ditulis oleh: Louis Budiman, Grants Researcher Intern Project Child Indonesia

Keluarga merupakan agen sosialisasi yang mendasar dan utama bagi setiap manusia untuk tumbuh. Menciptakan lingkungan keluarga yang bahagia, sehat, dan aman bagi anak memerlukan peran proaktif orang tua. Untuk mencapai hal tersebut, pengasuhan yang baik sangat penting dan merupakan aspek paling dasar yang tidak hanya membentuk perilaku anak, tetapi juga kemungkinan mereka untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan sukses di masa depan. Setiap orang tua pasti mencintai dan menyayangi anaknya sendiri, tapi mungkin kita masih bertanya-tanya: bagaimana pola asuh anak yang terbaik?

Sebagian besar peneliti dan pakar sepakat bahwa ada empat jenis utama pola asuh anak (Morin, 2019): authoritarian atau otoriter (fokus pada kepatuhan dan hukuman ketimbang kedisiplinan); authoritative atau suportif (menciptakan hubungan positif dan menegakkan aturan); permisif (tidak menegakkan aturan; ‘anak-anak akan selalu menjadi anak-anak’); dan uninvolved atau tidak peduli (memberikan sedikit bimbingan, pengasuhan, atau perhatian). Faktanya, kebanyakan orang tua tidak selalu hanya cocok dengan salah satu kategori karena mereka sering mengadopsi berbagai pendekatan secara bersamaan (Lloyd, 2016). Hal ini dikarenakan setiap orang tua dan anak memiliki karakteristik dan latar belakang keluarga yang berbeda, yang membuat generalisasi sedikit rumit. Namun demikian, sebagian besar penelitian serta orang tua setuju bahwa jenis pola asuh anak yang suportif adalah cara paling umum untuk membesarkan anak-anak yang lebih bahagia dan lebih sehat (Morin, 2020). Pendekatan pengasuhan seperti itu juga dapat mengurangi konsekuensi negatif yang sering dibuat oleh jenis pola asuh anak yang lainnya. Selain itu, kenyataannya adalah bahwa setiap orang bisa menjadi orang tua yang lebih authoritative atau suportif.

Ada beberapa hal yang bisa mulai dilakukan oleh orang tua untuk menjadi lebih suportif dalam mengasuh anak. Pertama, orang tua sebisa mungkin harus peka dalam menyadari emosi dan perasaan anak mereka. Hal ini sangat penting terutama ketika anak-anak menangis atau marah. Memberitahu mereka untuk berhenti menangis mungkin merupakan reaksi spontan sebagian besar orang tua, tetapi penting juga bagi orang tua untuk mencari tahu apa yang sebenarnya dialami anak mereka ketika di momen tersebut karena si anak mungkin menganggap sedang dalam masalah yang besar atau mendalam. Untuk melakukannya, orang tua dapat memulai dengan mempertimbangkan perasaan anak mereka, memvalidasi emosi anak mereka, dan menjadi pendengar yang baik. Hal ini juga dapat membantu orang tua untuk memberikan perhatian yang positif dan mencegah masalah perilaku anak.

Menegakkan aturan juga penting dalam membesarkan anak untuk bisa bertanggung jawab. Orang tua yang permisif atau tidak peduli cenderung menaruh usaha yang sedikit pada aspek ini, sedangkan orang tua yang otoriter bisa terlalu intens dalam menetapkan aturan dan terlalu berlebihan dalam memberikan peringatan. Orang tua yang suportif sering kali menetapkan aturan yang jelas dan menjelaskan alasan di baliknya kepada anak mereka – dan ini bisa menjadi cara yang ideal untuk tidak hanya menegakkan aturan tetapi juga untuk membantu anak memahami dan berekspektasi akan konsekuensi dalam mengikuti atau tidak mengikuti aturan. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua harus menghindari membuat malu, membuat rasa bersalah, dan memberikan hukuman fisik kepada anak mereka. Sebaliknya, beri anak konsekuensi yang mengajarkan pelajaran hidup dan kesempatan untuk belajar. Hal ini diperlukan untuk membantu anak mengontrol emosi, melatih keterampilan resolusi konflik, dan mengembangkan rasa tanggung jawab. Selain itu, reward atau insentif juga dapat membantu dan memotivasi anak untuk membiasakan perilaku yang baik.

Yang terakhir tapi tidak kalah pentingnya, orang tua harus membangun hubungan yang positif dan sehat dengan anak mereka. Daripada bertujuan untuk mengontrol anak, lebih baik bagi orang tua untuk mendorong kedisiplinan diri anak mereka. Orang tua juga perlu menjadi panutan yang baik dan memberikan waktu keluarga yang cukup untuk menjaga kesehatan mental anak mereka. Menjadi orang tua yang lebih suportif membutuhkan rasa cinta, kasih sayang, dan kesabaran – dan ini adalah kunci untuk membesarkan anak yang lebih bahagia dan lebih sehat.

Referensi:

Lloyd, C. (2016). What’s your parenting style?. Retrieved from https://www.greatschools.org/gk/articles/types-of-parenting-styles/#:~:text=Studies%20have%20identified%20four%20major,academically%20strong%20and%20emotionally%20stable

Morin, A. (2019). 4 Types of Parenting Styles and Their Effects on Kids. Retrieved from https://www.verywellfamily.com/types-of-parenting-styles-1095045.

Morin, A. (2020). 12 Ways to Become a More Authoritative Parent. Retrieved from https://www.verywellfamily.com/ways-to-become-a-more-authoritative-parent-4136329.

Thompson, H. (2018). What’s the ‘best’ parenting style to raise a successful child?.  Retrieved from https://www.mother.ly/child/whats-the-best-parenting-style-to-raise-a-successful-child.