Memaknai Kemerdekaan Sebagai Pemuda

Written by Nathaniel Alvino Risa Prima, Content Writer Intern at Project Child Indonesia 

Pemuda masih acap kali dipandang sebelah mata oleh karena alasan usia, minimnya pengalaman, dan clash perspektif dengan generasi-generasi pendahulunya. Padahal, menilik sejarah di belakang, pemuda memiliki peranan signifikan termasuk dalam penentuan nasib bangsa dan negara. Tanpa semangat dan kelakuan ‘nekat’ para pemuda, mungkin tidak akan pernah ada peristiwa bersejarah “penculikan Rengasdengklok” yang pada akhirnya memprovokasi para pendiri bangsa untuk menyatakan kemerdekaan lewat upacara proklamasi 17 Agustus 1945. Pramoedya Ananta Toer, seorang maestro sastra Indonesia, secara gamblang menggambarkan  representasi anak muda Indonesia yang revolusioner, dalam tetralogi-nya Pulau Buru, lewat seorang protagonis fenomenal bernama “Minke”. Ya, mungkin lebih ramai khalayak yang justru mengenal tokoh ini lewat figurasi Iqbaal Ramadhan dalam adaptasi layar lebar Bumi Manusia besutan Hanung Bramantyo. Melalui sosok Minke, Pram – begitu Pramoedya biasa disapa – menuliskan ulang bagaimana pemikiran-pemikiran revolusioner (modern) merasuk alam pikiran anak muda dan justru menginisiasi perubahan-perubahan besar di sebuah negeri yang terjajah.

Studi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pemuda sebagai mereka yang lahir di rentang tahun 1980 – 2000. Karakteristik yang kerap kali diasosiasikan secara khusus pada kelompok ini yakni lincah, melek teknologi, serta mampu belajar dan bekerja secara cepat dan efektif. Tercatat bahwa jumlah anak muda Indonesia saat ini mencapai 64 juta jiwa atau 23.81% dari keseluruhan populasi Indonesia (satu dari empat orang Indonesia adalah pemuda). Oleh karena itu, kerap kali kita mendengar bahwa potensi pemuda perlu dimaksimalkan untuk menyambut cita-cita dan masa depan Indonesia yang besar ke depannya (BPS, 2020). 

Menilik tujuh puluh enam tahun kemerdekaan serta dua setengah tahun berlangsungnya pandemi COVID-19, masih terdapat banyak pekerjaan rumah menanti untuk diselesaikan secara gotong royong di Indonesia – dan rasanya, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa kelompok pemuda menjadi secercah harapan di tengah carut-marut persoalan dalam negeri seperti korupsi, ketidaksetaraan, pendidikan yang belum merata, serta masih banyak lagi.  Merdeka kini bukan lagi dimaknai sebagai “bebas” dari penjajahan bangsa lain, tetapi telah bergeser menjadi kemerdekaan atas ragam persoalan di atas, serta kemerdekaan atas diri sendiri. Ada beberapa hal yang para pembaca, sebagai sebagai anak muda, dapat lakukan untuk memberikan makna dan merayakan kemerdekaan Indonesia, di antaranya: 

  1. Belajar tanpa jemu

Knowledge is power” Begitulah tulis Sir Francis Bacon pada salah satu kanonnya. Hal ini pun diamini oleh filsuf Perancis, Michel Foucault, dalam framework-nya tentang power. Bagaimana cara memperoleh knowledge (pengetahuan)? Hmm, caranya tak lain dan tak bukan yakni dengan belajar. Belajar tak melulu harus diartikan dengan duduk termenung di depan tumpukan buku tebal atau bersinggungan dengan hal-hal berbau akademik formal di sekolah, tetapi juga dapat dilakukan dengan berdinamika bersama orang-orang, lingkungan, dan keadaan baru. Pasti akan selalu ada hal yang dapat kita pelajari dari sekeliling.   

  1. Peka dan kritis

Mengingat banyak bentuk permasalahan berbagai lini yang terjadi di Indonesia, tentu terdapat ekspektasi besar agar anak muda menaruh kepekaan dan bersikap kritis terhadap persoalan-persoalan nyata. Menjadi aware terhadap berbagai keadaan sosial dan lingkungan tentu dapat menjadi langkah awal untuk membawa perubahan bagi bangsa dan negara. Hal-hal besar selalu berawal dari hal-hal kecil, bukan? Menjalani keseharian dengan membawa kepekaan, disadari atau tidak, dapat menginisiasi perubahan secara perlahan. Misalnya dengan mengurangi konsumsi air minum kemasan botol yang dapat mengurangi produksi limbah plastik.  A storm can begin with the flap of a wing.  

  1. Membantu sesama

Selain belajar dan melatih kepekaan, generasi muda juga dapat memberikan makna pada kemerdekaan dengan membantu sesama, salah satunya lewat berbagai proyek dan gerakan sosial. Project Child Indonesia, dengan semboyan “everyone can do good” percaya bahwa siapapun dapat turut serta memberdayakan dan membantu sesama, khususnya adik-adik yang masih bersekolah di berbagai daerah. Dengan bergabung dalam program volunteer atau lewat pemberian donasi, kamu dapat membawa perubahan bagi kehidupan sesama, lho. Jadi, tunggu apalagi? We are all waiting for you!

Salam merdeka! 

Referensi:

BPS. Statistik Pemuda Indonesia 2020. 2020. Jakarta: BPS.