Ketimpangan Pendidikan di Timur Indonesia

Written by: Dhiandra Sekar Taji, Social Media Admin Intern at Project Child Indonesia

“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia” – Ir. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia

Kutipan tersebut merupakan sebuah kutipan yang dilontarkan dengan lantang oleh Bapak Proklamator kita, Ir. Soekarno. Seruan tersebut berhasil menggetarkan hati para pemuda Indonesia yang sedang membara dan haus akan kemenangan. Pemuda merupakan ujung tombak bangsa di masa depan. Mereka akan menjadi garda terdepan bangsa dalam melindungi daratan dan lautan yang membentang dari Sabang hingga Merauke. Darah, keringat, tenaga, pikiran, dan perasaan akan mereka kerahkan hingga titik darah penghabisan demi kesejahteraan negara tercinta, Indonesia. 

Namun, apakah hal tersebut akan terjadi apabila negara kita tidak dapat memenuhi hak mereka? Hak yang diidam-idamkan para pemuda, yaitu merasakan bangku pendidikan dengan layak. Saya rasa kesuksesan pemuda dalam membawa Indonesia menjadi negara yang lebih baik tidak akan terjadi apabila hak tersebut tidak dipenuhi. Kesuksesan bangsa Indonesia mungkin hanya akan menjadi dongeng pengantar tidur dan angan-angan yang hanya dikuburkan dalam-dalam tanpa batu nisan.

Memang, apabila dilihat saat ini pendidikan Indonesia berjalan seperti biasa. Para pemuda pergi ke sekolah dengan hati riang gembira demi menuntut ilmu yang mereka dambakan. Namun, apabila dilihat lebih dekat, pendidikan yang mereka kenyam tidak seindah yang terlihat. Pendidikan yang mereka dapat tidak rata bagi pemuda Indonesia di beberapa bagian terutama di daerah Indonesia timur.  

Mereka harus menyeberangi sungai dan memanjat jembatan sempit untuk menuntut ilmu. Mereka harus mempertaruhkan nyawa mereka untuk belajar demi mendapatkan selembar ijazah yang akan turut andil dalam mensejahterakan bangsa Indonesia. Mereka harus bersusah payah terlebih dahulu untuk merasakan hangatnya bangku pendidikan. 

Selain itu, banyak dari anak-anak yang merupakan calon dari pemuda tangguh kita di Indonesia timur yang tidak dapat membaca. Mereka buta huruf. Bahkan, 3 provinsi dengan persentase tertinggi penduduk yang buta huruf berasal dari provinsi di Indonesia Timur, yaitu Provinsi Papua (22,03 persen), Nusa Tenggara Barat (7,52 persen), dan Sulawesi Barat (4,46 persen). Data tersebut didapat dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020.

Apakah itu terlihat adil? Bukankah itu terlihat sangat memprihatinkan? Mengapa hal tersebut harus terjadi pada garda terdepan Indonesia di bagian timur? Mengapa anak-anak dan pemuda di timur Indonesia harus merasakan peliknya pendidikan? Apakah pemerintah hanya menganggap pemuda di barat Indonesia saja yang bisa menjadi serdadu masa depan bangsa? Hal apa yang membedakan antara pemuda di bagian timur Indonesia dan bagian barat Indonesia? 

Saya rasa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua pemuda tersebut. Mereka adalah para pemuda cerdas andalan bangsa. Mereka adalah para pemuda yang akan tumbuh menjadi para pemuda yang kuat dan pintar sehingga mampu mengharumkan nama bangsa. Tidak ada perbedaan kualitas antara pemuda di timur Indonesia dan barat Indonesia. Untuk itu, kami, para garda terdepan bangsa memohon dengan sedalam-dalamnya untuk memberantas ketimpangan kualitas pendidikan di timur Indonesia, agar kami dapat membuat bangga ibu kita tercinta, ibu pertiwi.

Referensi

Kasih. (2021, June 9). 2,9 Juta Penduduk Indonesia Masih Buta Aksara, Terbanyak di Papua. Edukasi.Kompas.Com. Retrieved November 29, 2021, from https://edukasi.kompas.com/read/2021/09/06/170506771/29-juta-penduduk-indonesia-masih-buta-aksara-terbanyak-di-papua