Jangan-Jangan Aku Kena COVID-19?

Ditulis oleh Graciella Stephanie Ganadhi, Content Writer Project Child Indonesia

Akhir-akhir ini apa kalian pernah merasa parno tiba-tiba tenggorokan mulai sakit, agak demam, terus dada juga mulai sesak sehabis kalian nonton berita tentang COVID-19? Lalu kalian jadi bertanya-tanya, jangan-jangan aku kena COVID-19? Hm, kemungkinannya sih sebenernya kecil banget, hampir ngga mungkin malah. Kalo kalian habis jalan-jalan ke luar negeri atau ketemu sama penderita COVID-19 sih, mungkin aja kalian kena COVID-19, tapi kalo kalian udah social distancing dan tiba-tiba kalian merasa sakit, mungkin aja itu cuma gejala psikosomatik dari otak kalian, guys!

Jadi, otak kita ini punya bagian yang namanya amigdala. Nah, amigdala ini apa sih? Basically, amigdala itu punya fungsi macam-macam, guys. Salah satunya adalah mengatur rasa takutmu. Nonton berita dalam jangka waktu yang cukup lama, terutama berita yang bikin takut kaya berita COVID-19 akhir-akhir ini bikin otak kalian, terutama sistem saraf otonom, terus-terusan berada di posisi fight atau flight sehingga kalian jadi stres. Stres kalian inilah yang menyebabkan ketidakseimbangan antara sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik sehingga muncul reaksi psikosomatik yang mirip gejala COVID-19.

Stres berlebih itu sebenarnya merugikan, lho. Sebuah penelitian oleh André Bovis dan André Simoneton di 1949 menunjukkan bahwa stres dapat menyebabkan penurunan frekuensi tubuh. Jadi, semua benda di alam semesta ini bergetar dan memiliki frekuensi, mulai dari sel sampai atom. Orang yang sehat seharusnya punya frekuensi antara 7000 hingga 8000 uB (unit Bovis). Kalo seseorang punya frekuensi yang kurang dari 1000 uB, artinya orang tersebut sudah mendekati kematian. Orang yang sakit parah bakal punya frekuensi antara 2000 hingga 3000 uB, sedangkan orang yang sakit dan stres bakal punya frekuensi dibawah 5000 uB. Nah, ketakutan atau kecemasan berlebih dapat menyebabkan turunnya frekuensi tubuh menjadi dibawah 5000 uB dan ini bisa jadi bahaya untuk kita. Studi menunjukkan virus juga punya frekuensi sekitar 5000 uB. Artinya, jika frekuensi tubuh kalian berada dibawah 5000 uB seperti saat kalian stres, virus akan mengira bahwa tubuh kalian adalah “rumah” karena frekuensi yang mirip. Jadi ketika kalian stres, virus bakalan lebih mudah masuk dan bikin kalian sakit.

Sebaiknya, jangan khawatir dan stres berlebihan tentang berita, guys. “Sadar bukan cemas, siap bukan panik” harusnya jadi moto kalian dalam menghadapi situasi sekarang ini. Tetep nonton berita, yah! Tapi gausah dibawa stres. Saat kaya gini penting untuk melek berita, tapi juga kesehatan harus tetap jadi nomor satu. Tonton berita secukupnya, kalo perlu, jam nonton berita itu udah kalian jadwal. Jangan seharian mantengin berita. Habis nonton berita, kalian bisa ngegame atau olahraga ringan atau meditasi buat meredakan stres juga bisa banget, lho. Yuk, batasi nonton berita yang bikin stres dan tetap mengutamakan kesehatan ya!

Referensi:

  • http://www.lamartinablanca.com/Unidades_Bovis.html
  • https://whitemagicway.com/bovisbiometer.html
  • https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200323131032-255-486024/cegah-corona-jadi-jadian-akibat-stres-dan-cemas-berlebih
  • https://twitter.com/mbahndi/status/1241556884261224449?s=08