Merayakan Hari Susu Sedunia, Mengingat Kembali Kebutuhan Gizi Seimbang

Written by Amaranila Nariswari, Content Writer Intern at Project Child Indonesia

Selamat menyambut bulan Juni! Tahu tidak, setiap tanggal 1 di bulan Juni, seluruh dunia memperingati Hari Susu Sedunia, lho! Hari perayaan yang cukup unik, ya. Lantas, mengapa sih, kita merayakan hari susu ini? Organisasi Pangan dan Pertanian di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau yang lebih umum kita kenal sebagai Food and Agricultural Organization (FAO) memperingati hari susu sedunia untuk mengingatkan kita akan pentingnya susu sebagai salah satu komponen gizi yang paling penting bagi manusia, khususnya anak-anak. Ingat tidak, kita dulu punya slogan gizi 4 Sehat 5 Sempurna? Angka 4 mewakili makanan pokok yang mencakup protein, karbohidrat, dan vitamin seperti nasi, lauk pauk, dan sayuran serta buah. Adapun angka 5 ditambahkan untuk mewakili susu sebagai komponen penyempurna hidangan (Kemenkes, 2014).


Dewasa ini, istilah 4 Sehat 5 Sempurna sudah jarang kita jumpai karena lebih umum menggunakan istilah Pedoman Gizi Seimbang, atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama “Nutrition Guide for Balanced Diet”. Istilah 4 Sehat 5 Sempurna dinilai sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman dan kebutuhan gizi masyarakat, karena pada dasarnya, kebutuhan gizi manusia berbeda-beda menyesuaikan kondisi tubuh, sehingga tidak dapat dipukul rata jenis makanan yang harus dikonsumsi setiap orang (Kemenkes, 2014). Hayo, makanan kamu sudah sesuai dengan kebutuhan gizimu,  belum? Adapun melalui slogan Pedoman Gizi Seimbang ini, diharapkan masyarakat dapat memperhatikan yang dinamakan sebagai “Prinsip 4 Pilar”. Wah, apa tuh Prinsip 4 Pilar?!, kita bahas satu-persatu, yuk!

Prinsip 4 Pilar atau empat pilar gizi seimbang merujuk pada hasil rekomendasi Konferensi Pangan Sedunia yang dilaksanakan di Roma pada tahun 1992. Rekomendasi ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya keseimbangan gizi dalam tubuh melalui pemantauan zat gizi yang keluar dan masuk lewat berat badan seseorang secara teratur. Pilar pertama adalah konsumsi anekaragam pangan. Sudah tahu belum, di dunia ini, tidak ada satu pun makanan yang mengandung zat gizi lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan sekaligus menjaga kesehatan tubuh kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi yang baru lahir, lho! Oleh sebab itu, penting untuk mengonsumsi makanan beraneka ragam yang mengandung kalori, mineral, serat, vitamin, protein, karbohidrat, juga kandungan gizi lainnya (Kemenkes, 2014). Tentu saja, kita tidak dapat serta-merta mengonsumsi anekaragam pangan tersebut dalam sekali makan, melainkan juga memperhatikan proporsi makanan yang seimbang dan cukup, tidak kurang dan tidak lebih!

Setelah mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan gizi tubuh, jangan lupa untuk membiasakan perilaku hidup sehat, ya! Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membiasakan perilaku hidup sehat antara lain: rajin mencuci tangan, memastikan alat makan berada dalam kondisi bersih sebelum digunakan, memastikan makanan yang akan dikonsumsi terbebas dari debu dan lalat, serta rajin membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah menularnya penyakit yang bersifat infeksius. Apabila kita mengalami infeksi, akan mudah bagi tubuh untuk mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini akan berdampak pada menurunnya zat gizi yang terkandung dalam tubuh, akibatnya, metabolisme tubuh menjadi turun dan kondisi badan menjadi tidak fit (Kemenkes, 2014). Apabila kalian merasakan gejala tubuh yang kurang fit, jangan lupa untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan perbanyak cairan dalam tubuh dan suplemen. 

Ketiga, rajin melakukan kegiatan yang memerlukan penggunaan fisik. Ketika tubuh kita aktif, maka metabolisme dalam tubuh kita akan menjadi lancar. Gizi yang ada dalam tubuh tidak tertimbun, melainkan berubah menjadi energi yang kita gunakan untuk melakukan aktivitas tersebut. Secara tidak langsung, kita harus menggantikan gizi yang hilang tersebut agar tubuh tetap memiliki cadangan energi melalui makan makanan bergizi. Terakhir, jangan lupa untuk memantau berat badan kita secara teratur! Pemantauan berat badan ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal. Misalnya saja, bayi yang baru lahir umumnya menyesuaikan dengan umur, sedangkan orang dewasa lebih ditekankan pada berat dan tinggi badan (Kemenkes, 2014). Harapannya, dengan mengimplementasikan empat pilar gizi seimbang ini, masyarakat khususnya anak-anak, dapat tumbuh dengan baik. 

Kembali membahas soal susu, sudahkah kalian tahu tahu bahwa susu yang berasal dari hewan ternak seperti sapi, kambing, atau kerbau memiliki banyak sekali kandungan gizi, mulai dari lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan protein (Dispertan Semarang, 2021). Kandungan gizi yang terkandung dalam susu dan produk turunannya tersebut memiliki manfaat yang sangat besar bagi tulang, antara lain mencegah osteoporosis dan membantu tulang agar tetap kuat, terutama bagi anak-anak. Sayangnya, tidak semua orang bisa mengonsumsi susu hewani tersebut. Tidak sedikit orang yang mengonsumsi susu ataupun produk turunan susu lainnya seperti krim dan keju justru mengalami sakit perut. Besar kemungkinan mereka menderita yang dinamakan dengan intoleransi laktosa. Wah, apa lagi, tuh, intoleransi laktosa?! Intoleransi laktosa merupakan gangguan pencernaan yang diakibatkan oleh gagalnya tubuh mencerna laktosa karena tubuh tidak memproduksi enzim laktase. Akibatnya, laktosa tidak dapat diubah menjadi energi sehingga tubuh bereaksi dan menunjukkan hal tersebut melalui diare, kembung, dan sering buang angin (Tamin, 2020).

Jika kalian merupakan penderita intoleransi laktosa, jangan khawatir! Ada banyak sekali pengganti susu hewani yang juga kaya akan manfaat dan zat gizi. Kalian dapat mencoba berbagai jenis susu nabati, seperti susu kedelai, almond, hingga gandum. Selain dikonsumsi untuk diminum secara langsung, aneka ragam susu nabati ini bisa banget, lho, untuk dikreasikan, misalnya saja untuk campuran smoothie, fruit bowl, bahkan kopi! Lezat, dan tentunya bebas laktosa, jadi kalian tidak perlu khawatir mengalami risiko-risiko intoleransi laktosa. ‘Gimana, nih, teman-teman, sudah minum susu belum, hari ini? Yuk seimbangkan kebutuhan gizi kita hari ini dengan minum susu!

Referensi: 

Dinas Pertanian Kota Semarang. (2021). Mengenal Susu (Definisi, Komposisi, dan Jenis). Dinas Pertanian Kota Semarang. Retrieved from https://dispertan.semarangkota.go.id/mengenal-definisi-komposisi/#:~:text=Susu%20merupakan%20bahan%20makanan%20yang,mineral%20(0%2C07%25) 

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). PMK No. 41 tentang Pedoman Gizi Seimbang. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Retrieved from  http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2041%20ttg%20Pedoman%20Gizi%20Seimbang.pdf

Tamin, Rizki. (2020). Intoleransi Laktosa. Alodokter. Retrieved from https://www.alodokter.com/intoleransi-laktosa