Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang paling dibutuhkan oleh semua orang. Namun apakah semua orang sudah menjalani olahraga secara rutin? Jawabannya tentu tidak. Masih banyak orang yang mengabaikan olahraga karena berbagai macam alasan, padahal olahraga adalah salah satu penunjang agar manusia dapat hidup sehat dan bugar. Jika berbicara mengenai olahraga, pasti kita teringat dengan atlet. Jumlah atlet di Indonesia sangatlah sedikit, mengingat bahwa terdapat 276 Juta jiwa yang tinggal di Indonesia. Lantas mengapa jumlah atlet di Indonesia sangat sedikit?
Partisipasi Masyarakat Dalam Berolahraga Masih Sangat Kecil
Dilansir dari Menpora Amali pada tahun 2021, partisipasi masyarakat Indonesia dalam berolahraga hanya sebesar 34 persen. Sedangkan persentase yang baik adalah 70 persen sehingga dapat mencapai tingkat kebugaran yang maksimal dan mendapatkan talenta-talenta yang baik.
Sarana dan Prasarana Yang Masih Kurang Memadai
Seperti yang kita tahu bahwa sarana prasarana bagi atlet di Indonesia masih minim, bahkan tidak ada. Sarana prasarana yang memadai dapat meningkatkan kualitas atlet-atlet muda untuk mewujudkan prestasi di bidang olahraga kedepannya.
Pembinaan Olahraga di Sekolah
Pembinaan olahraga di sekolah saat ini hanya sebagai formalitas aja. Pembinaan tersebut tidak dibuat dan dikembangkan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan sehingga minimnya bibit-bibit atlet dari masa sekolah.
Kurangnya Kompetisi Sejak Dini
Kompetisi olahraga sejak dini di Indonesia masih belum berjalan dengan lancar. Kompetisi yang ada saat ini masih belum berjenjang, belum rutin, berkelanjutan, dan masih banyak ketidaksesuaian usia didalamnya.
Profesi Atlet Tidak Menjamin Masa Depan
“Ngapain jadi atlet? Gak ada uangnya”. Kalimat tersebut seringkali terlontar dari ucapan orang tua. Betul, profesi sebagai atlet tidak menjadi jaminan akan sukses dan tidak ada jaminan masa depan penuh dengan prestasi.
Tidak Adanya Kurikulum Khusus Atlet
Salah satu pusat pendidikan olahraga yang ada di Indonesia adalah PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar). Siswa-siswi yang bersekolah disana tidak hanya menjalani satu kurikulum saja, melainkan dua kurikulum yakni pelajaran reguler yang biasanya dan pelajaran atlet. Hal tersebut menyebabkan konsentrasi yang terpecah menjadi dua bagian sehingga kebanyakan dari mereka harus merelakan salah satunya.
Untuk mengingat hari Ganefo yang merupakan pesta olahraga di negara berkembang, mari kita bersama-sama untuk mengacungkan jempol bagi atlet-atlet yang sudah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Serta mendorong pemerintah untuk terus bekerja memunculkan atlet-atlet muda yang berjenjang dan berkelanjutan sehingga kebiasaan olahraga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Salam olahraga!