Written by Juhandi Dwi Putra Lyana, Content Writer Intern at Project Child Indonesia
Akhir-akhir ini, saya sering melihat teman atau kenalan yang seumuran dengan saya berlomba-lomba untuk mencari tempat magang. Lowongan program internship berlalu lalang di beranda media sosial saya. Salah satu contohnya adalah program internship Project Child Indonesia. Project Child Indonesia Internship Program memberikan kesempatan untuk menggabungkan pendidikan yang kalian miliki dengan pengalaman kerja langsung. Program Internship memberikan kesempatan bagi kalian yang tertarik menjadi bagian dari Program Team, Human Capital Team, Media & IT Team, atau Partnership Team.
Kali ini, saya berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan salah satu intern yang bernama Nathaniel Alvino Risa Prima, atau lebih sering dipanggil Kak Nathan. Kak Nathan saat ini sedang menempuh pendidikan Sastra Inggris di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Posisi Kak Nathan di Project Child Indonesia adalah sebagai Content Writer Intern yang berada dalam Media & IT team.
Kak Nathan sudah mengenal sejak lama tentang Project Child Indonesia. Ia pernah menjadi relawan Project Child Indonesia pada batch ke 29. Merasa tertarik dengan program-program dari Project Child Indonesia, Kak Nathan ingin bergabung kembali dengan Project Child Indonesia. Oleh sebab itu, Kak Nathan mendaftar Project Child Indonesia Internship Program.
Latar Belakang
Kak Nathan merasa tertarik dengan program-program Project Child Indonesia karena berhubungan dengan anak-anak dan pendidikan yang mana Kak Nathan sendiri suka. Ada dua program yang Kak Nathan suka, yaitu program sekolah sungai & drinking water program.
“Itu (Program Sekolah Sungai) menarik karena kerabatku juga ada yang tinggal di seputaran tempat sasaran program Project Child (sekolah sungai di Code) dan menurut pengamatan pribadiku, sangat bermanfaat untuk anak-anak sekitar yang memang butuh wadah edukasi dan berkreativitas di luar sekolah.” ujar Kak Nathan.
“Drinking Water Program (DWP) yang dulu aku pernah gabung di semester awal kuliah, ini juga gak kalah menarik. Karena selain sesuai namanya, yakni menyediakan akses air minum bersih ke sekolah-sekolah negeri di Jogja, di program ini juga ada kelas-kelas tambahan yang materinya didesain khusus dan mencakup bahasa Inggris, environment, dan juga kesehatan” tambah kak Nathan.
Di samping itu, kak Nathan juga suka menulis. “Karena suka menulis dan kayaknya memang cuma cocok dengan menulis dari antara job desc yang lain.” jelas Kak Nathan sambil tertawa. Sebelumnya Kak Nathan juga sudah pernah magang sebagai editor & translator di LIPI. Kak Nathan juga punya jiwa eksploratif. Untuk sekarang ini, Ia masih ingin eksplor lebih banyak bidang lagi. Oleh sebab itu, content writer menjadi posisi yang dipilih Kak Nathan.
Kehidupan Intern
Kak Nathan sebagai content writer bertugas untuk membuat artikel setiap bulan dan konten microblog yang akan diunggah ke LinkedIn. “Kami berempat (Kak Amanda, Kak Alin, Kak Je, dan aku) nulis artikel, kak. Biasanya kami menulis sekitar 10 artikel setiap bulannya. Selain itu, kami juga menulis konten microblog untuk LinkedIn” ujar Kak Nathan. Untuk penulisan konten sendiri, waktunya dibuat fleksibel, para content writer dipersilakan untuk membuat konten kapan saja sesuai dengan tenggat waktu yang sudah ditentukan. Di samping itu, para content writer juga bertanggung jawab untuk menjadi proofreader content writer lainya.
Sebagai anak magang, berbagai tantangan dihadapi Kak Nathan. Kak Nathan harus pintar- pintar dalam melakukan time-management karena Ia juga sedang sibuk mempersiapkan sebuah acara, mengerjakan skripsi, dan ditambah menulis konten untuk Project Child. Kak Nathan mengatakan, “Kalo ini jujur masih belum nemu “paling benernya” gimana”. Kak Nathan sendiri bukan tipikal orang yang suka bekerja dengan jadwal terstruktur yang tertulis. Menurut Kak Nathan menulis itu butuh ide & gairah – dan kadang hal-hal itu tidak muncul setiap saat atau di waktu-waktu yang diharapkan. Di samping itu, Kak Nathan juga kerap mengalami writer’s block. “Biasanya aku take a break sih dari menulis, terus mulai lagi selang beberapa waktu. Aku cabut keluar, entah itu ke cafe, warung makan, atau bahkan burjo, terus ngerjain tulisanku.” jelas Kak Nathan tentang cara Ia mengatasi writer’s block.
Manfaat yang Didapat
“Aku belajar banyak dari teman-temanku di tim content writer. ternyata menulis gak sesempit yang aku bayangkan sebelumnya. Aku jadi kenal dengan variasi-variasi dan gaya penulisan yang lebih beragam. Jadi, aku bener-bener belajar banyak di sini.” kata Kak Nathan saat saya menanyakan tentang manfaat apa yang telah didapat dari program intern ini.
Kak Nathan tidak menyesal sudah tergabung dalam Program Internship Project Child Indonesia. Ia merasa senang kenal dan bertemu dengan orang-orang baru. Kak Nathan yang cenderung pemalu dan introvert merasa senang berkenalan dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda.
Kak Nathan ada pesan untuk kalian yang ingin bergabung Project Child Indonesia, “PCI adalah tempat yang tepat banget kalo kamu ingin mengenal dan belajar dunia kerja, gak spesifik ke sektor NGO aja, tapi aku berani bilang di dunia kerja secara general. Di sini juga, teman-teman Intern, Volunteer, Manager semuanya baik dan gak segan-segan buat assisting kalian lebih lanjut. terus juga, dengan gabung ke PCI, kakak-kakak juga bisa berkontribusi untuk membantu sesama, terutama anak-anak dan komunitas vulnerable. Jadi belajar sekaligus berbagi kebaikan.” Everyone can do good banget, ga tuh.