Gratis Vaksin Kanker Serviks: Harga Kecil Demi Keselamatan Anak Gadis Kita

Written by Maria Olivia Laurent, Content Writer Intern at Project Child Indonesia

Kabar gembira untuk perempuan Indonesia! Seperti yang telah ramai beredar di berita beberapa waktu lalu, pemerintah akan segera mewajibkan pemberian vaksin kanker serviks atau Human Papilloma Virus (HPV) secara gratis mulai tahun ini. Rencananya, program ini akan dimulai pada bulan Agustus dan September 2022 seiringan dengan kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Di bawah naungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pemberian vaksin HPV bertujuan sebagai tindakan pencegahan penyakit kanker serviks dan penerapan kebutuhan kesehatan dasar masyarakat. Imunisasi gratis ini ditargetkan untuk anak perempuan di rentang usia 11 sampai 12 tahun, atau kelas 5 dan 6 SD, dan akan dimulai di 11 kabupaten/kota di DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Bali. Pihak sekolah bertugas untuk memfasilitasi program ini dan diharapkan bisa mencapai cakupan 95 persen dari target. 

Sebelum kita membahas program ini lebih lanjut, yuk kenali dulu apa itu kanker serviks dan mengapa vaksin HPV sangat dibutuhkan. Kanker serviks muncul ketika sel-sel di leher rahim bermutasi secara abnormal dan tidak terkendali, yang mengakibatkan tumor pada jaringan organ. Tumor ganas ini kemudian berkembang menjadi kanker serviks. Penyebabnya pun bervariasi, bisa karena penularan saat hubungan seksual, mengonsumsi obat-obatan, merokok, kekebalan tubuh yang lemah, maupun faktor genetik. Kanker serviks menyerang wanita di semua usia, namun wanita yang belum vaksin HPV memiliki risiko yang jauh lebih tinggi. 

Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak menelan korban di dunia. Menurut data Kemenkes, kanker ini menempati posisi kedua kanker yang paling umum diderita wanita Indonesia dan setidaknya ada 15.000 kasus kanker serviks terjadi tiap tahunnya (Halodoc, 2019). Rata-rata kematiannya pun mencapai 13,9 per 100.000 penduduk. Data WHO menunjukkan bahwa 90% kasus kanker serviks terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia, karena keterbatasan akses skrining, deteksi dini, dan vaksin HPV. Kesadaran masyarakat pun masih rendah karena kurangnya sosialisasi. Hal inilah yang menjadi pertimbangan kuat pemerintah menerbitkan program vaksin HPV guna menekan angka kejadiannya sehingga bisa teratasi di tahap awal. 

Gejala yang timbul pun baru terasa saat sudah memasuki stadium serius. Maka dari itu, penting untuk kita ketahui tanda-tandanya terlebih dahulu agar dapat segera ditangani. Gejalanya meliputi: pendarahan tidak wajar dari vagina saat menstruasi atau berhubungan seks, nyeri pada panggul dan pinggang, badan lemas, berat badan menurun drastis, dan keputihan yang tidak normal seperti bau menyengat atau disertai darah. Infeksi ini disebabkan oleh virus HPV, namun tidak semua virus HPV dapat menyebabkan kanker serviks. Dari ratusan jenis virus HPV, hanya 14 jenis yang dapat menyebabkan kanker, dan 70% kasus disebabkan oleh virus HPV tipe 16 dan 18. Vaksin yang diberikan pun tersedia dalam beberapa jenis menyesuaikan dengan varian virus HPV. Beberapa diantaranya adalah (Alodokter, 2022):

  1. Vaksin Cervarix

Vaksin ini digunakan untuk mencegah kanker serviks yang disebabkan oleh varian HPV-16 dan HPV-18 dan diberikan kepada wanita berusia 9-25 tahun.

  1. Vaksin Gardasil

Vaksin ini dapat mencegah tidak hanya kanker serviks, namun juga kanker vulva serta kanker lainnya pada vagina dan anus. Selain HPV 16 dan 18, vaksin ini juga bisa mencegah varian HPV 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin. Vaksin ini dapat diberikan ke wanita maupun pria.

  1. Vaksin Gardasil 9

Pengembangan dari vaksin sebelumnya, vaksin ini dapat mencegah HPV 31, 33, 45, 52, dan 58. Dapat diberikan ke pria dan wanita usia 9-45 tahun.

Untuk pemberian dosis vaksin HPV pun juga berbeda berdasarkan usia. Dosis vaksin HPV untuk anak usia di bawah 15 tahun diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak dosis kedua 6-12 bulan setelah dosis pertama. Sementara untuk remaja dan dewasa diberikan sebanyak 3 kali dosis dalam jarak periode 6 bulan. 

Namun, sama seperti kebijakan baru lainnya, program vaksin gratis ini menuai beberapa kontra dari masyarakat. Yang pertama, beberapa kelompok menganggap program ini menghabiskan uang negara. Padahal, menggratiskan imunisasi dan vaksin merupakan salah satu kewajiban negara dalam memfasilitasi kesehatan masyarakatnya. Sudah ada beberapa program gratis yang diimplementasikan sejak bertahun-tahun lalu, seperti imunisasi polio, campak, hepatitis, dan yang terbaru, vaksin Covid-19. Pemerintah perlu lebih giat lagi mengedukasi masyarakat agar tidak timbul masalah lanjutan yang bisa menghalangi program vaksin ini. 

Kontra kedua berkaitan dengan syarat dan ketentuan, yakni mengapa vaksin kanker serviks ini hanya digratiskan untuk rentang usia tertentu saja dan wanita di luar kategori tersebut harus membayar sendiri. Hal ini dijawab langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di tayangan Youtube Kemenkes. Beliau memaparkan bahwa alasan vaksin HPV hanya digratiskan untuk anak SD adalah karena efektifitas. Vaksin diberikan ke anak gadis yang belum menstruasi dan melakukan hubungan seksual agar tingkat efektifitas pencegahan lebih tinggi daripada kelompok remaja dan dewasa. Ia kemudian menekankan bahwa sistem vaksin ini adalah pencegahan, bukan pengobatan, dan paling tepat disasarkan di usia anak-anak. 

Isu terakhir adalah munculnya beberapa hoaks di media sosial yang mengakibatkan orang tua ragu. Untungnya, Kemenkes cepat tanggap dalam menepis hoaks-hoaks seperti vaksin mengakibatkan menopause dini atau kemandulan melalui laman resmi mereka. Informasi ini juga disebarluaskan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang menekankan bahwa tidak ada hubungan antara Premature Ovarian Failure (POF) dengan penggunaan vaksin HPV. Malah, vaksin HPV penting untuk menghindari penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan kanker serviks karena fungsinya sebagai antibodi. Vaksin yang diberikan juga telah melalui banyak uji klinis dan mendapatkan ijin resmi dari WHO. 

Sudah paham kan mengapa vaksin kanker serviks ini sangat penting untuk masa depan anak gadis kita? Namun, tugas kita belum selesai. Mari kita kawal program ini agar dapat berjalan dengan lancar sampai ke pelosok Indonesia, dan tetap meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya kanker serviks. 

Referensi

Vaksin Kanker Serviks Bisa Buat Mandul, Mitos atau Fakta? (2022, April 20). CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220419160921-255-786712/vaksin-kanker-serviks-bisa-buat-mandul-mitos-atau-fakta

Kanker Serviks. (2019, November 26). Halodoc. https://www.halodoc.com/kesehatan/kanker-serviks

Saptohutomo, A. P. (Ed.). (2022, April 20). Ketentuan Terbaru Vaksin Kanker Serviks Gratis untuk Anak. Kompas. https://nasional.kompas.com/read/2022/04/20/17523711/ketentuan-terbaru-vaksin-kanker-serviks-gratis-untuk-anak?page=all

Ini Pentingnya Vaksin Kanker Serviks. (2022, April 29). Alodokter. https://www.alodokter.com/ini-pentingnya-vaksin-kanker-serviks#:~:text=Vaksin%20Cervarix%20digunakan%20untuk%20mencegah,wanita%20berusia%209%E2%80%9325%20tahun.